Tuesday, November 30, 2010

Bapakku Rubber Tapper


haha, bapak dulu keje kat kilang tayar DUNLOP..., skang dah pencen jadi penoreh getah plak.. hehehe, asyik keje memproses getah jekk... hm, seumur hidup berbakti pada org ramai, kebun bapak kat Simpang Pelangai Bentong, bapak ade tanam pisang, pokok durian, and macam2 lagi..., memang best klu dok kat kebun ni, dah hampir 11 tahun dah bapak ngan kebun ni..., plan nye nk usaha jadi toke kambing insya Allah akan berjaya satu hari nanti..., salute la bapak... go bapak go, semoga bapak menjadi pengusaha kebun yg berjaya...

Salam semua..., ini mak + bapak kesayangan aku., klu xde diorg xde la aku kan..., hm, 

mak (Zainab Abd Jalil) atau lebih dikenali sebagai Kak Zah, seorang yang periang, peramah, bijak, kreatif, mak pandai menjahit, memasak, dan mak aku ni dulu amek upah jahit baju kurung, tapi skang dia dah x amek coz mesin dah rosak dan mak pon banyak comitment lain. mak pun ade wat catering, mak punyer masakan..., perrggghh..., meleleh air liur... Cakap jek nk mkn ape, mak musti masakkan. walaupun bende tu dia tak makan tapi dia akan masak kan klu ade requested.., hahaha......, mak aku garang dan cerewet, tapi cerewet dia tulah yg mengajar aku utk jadi seorang perempuan.., 

bapak (Hassan Bin Lazim) atau dikenali sebagai Mat Rasyid >> sedara sebelah utara yg panggil bapak nama tu.., klu kat tempat keje bapak dulu dia dikenali sebagai hassan mamak.., hehe mcm mamak ke bapak aku..??? ha..., bapak aku memang baik, dia penyayang, garang tapi x pernah nk tengking atau jentik pun. Tapi kenangan yg paling aku tak boleh lupa bila bapak mengamok sebab aku potong rambut, hmmm bapak suka anak2 perempuan di rambut panjang.. Bapak sallu support aku dlm apa je yg aku nk masuk/join, cth nye aku join taekwondo, belia dan etc..... TAPI....., bila aku join istana budaya, bapak tak bagi aku main instrument aku pun xtaw kenapa, so aku hanya boleh join theater dan tarian sahaja.....,hanya dia yg tahu sebab nya dia x bg main instrument,  sebab aku tak pernah tanye.. bapak pandai masak, dia cerewet bab makan..., masakan bapak yg ramai owg tak bleh lupe....(tomyam) ades.., dgr pon dah nk pengsan.., sebab sedap giler...., terangkat klu makan..., habis sekuali. kih kih kih..., **bapak nyer tomyam lg sedap dr mak punyer.. ** haha..., bapak hobi die suke mengodeh godeh brg elektrik, mase dia blaja kat IKBN dulu dia amek kos tu..., sebab tu brg kat umah sume bapak repair sdri, umah pun bapak extend sdri.., huhu.. bapak suke bertukang.. alah... sng citer bapak ni serba boleh..., aku rase beruntung dapat mak+bapak mcm ni...

Saat Anak Berhenti Tersenyum

BELAKANGAN ini, pelecehan dan kekerasan seakan menjadi bahasa sehari-hari yang sering kita dengar di media massa. Bagi Anda yang menyayangi anak-anak, ketika mendengar kata pelecehan dan kekerasan pada anak-anak, mungkin Anda langsung membayangkan tentang caci maki, pelecehan seksual, dan kekerasan fisik pada anak.

Pada kenyataannya, pelecehan pada anak-anak tidak hanya sebatas itu, pelecehan tanpa disadari banyak dilakukan oleh para orang tua. Dengan melarang seorang anak melakukan hal-hal yang disukainya saja sebenarnya kita sudah melakukan pelecehan secara psikologis terhadap anak-anak.

Anda mungkin berpikir pelarangan tersebut (misalnya melarang anak bermain pasir) Anda tujukan untuk kebaikan sang anak juga. Namun Anda tidak menyadari bahwa pelarangan tersebut tidak hanya membatasi kebebasan sang anak, tetapi juga berdampak pada psikologisnya. Sang anak menjadi takut untuk melakukan sesuatu, inisiatif dan daya kreasinya menjadi tumpul karena anak harus menunggu persetujuan Anda sebagai orang tua agar mereka diizinkan melakukan sesuatu yang mereka inginkan.

Ketika Anda membaca buku-buku yang menceritakan tentang kekerasan pada anak-anak, Anda akan menemukan bahawa tidak semua anak diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Ada sebagian anak yang mendapatkan kekerasan fisik akibat perbuatan yang tidak sengaja mereka lakukan, misalnya mengompol. Kekerasan secara fisik tidak hanya akan melukai fisik anak, tetapi juga akan mengganggu perkembangan mental sang anak, terutama karena mereka belum memahami sepenuhnya mengapa mereka diperlakukan semena-mena.

Di Indonesia hampir di setiap sudut jalan dapat kita temukan anak-anak jalanan. Dalam hati kecil kita pasti heran, kenapa anak-anak tersebut dibiarkan berkeliaran begitu saja di pinggir jalan dalam keadaan tak terurus. Jangankan mendapat kasih sayang, duit pun mereka harus mencari sendiri.

Kebelakangan ini sering terdengar tentang kekerasan pada anak tidak hanya sebatas pukulan dan tamparan, tetapi berkembang pada pelecehan seksual dan pemerkosaan. Pandangan kuno masyarakat masih beranggapan bahwa hanya wanita berpenampilan seksi atau berpakaian terbuka saja yang akan menjadi korban perkosaan. Pandangan tersebut tentu saja salah dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman saat ini.

Tidak hanya wanita yang berpakaian terbuka yang bisa menjadi korban perkosaan, anak-anak pun tak luput dari kejahatan semacam itu. Kalau dulu kita masih akan terheran-heran mendengar tentang perkosaan ayah terhadap anak kandungnya. Sekarang berita semacam itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Di televisi dan surat kabar berita semacam itu sudah tidak ditutup-tutupi lagi.

Sayang sekali tidak banyak orang tua yang mempersiapkan anak-anaknya menghadapi pelecehan seksual semacam itu. Seks masih dianggap tabu untuk dibicarakan dengan anak-anak. Padahal seharusnya anak-anak diberikan pengetahuan tentang seks yang sesuai dengan usianya agar apabila suatu saat sang anak mendapat "perlakuan yang tidak seharusnya" dapat segera melapor kepada orang tuanya. Kebanyakan anak yang mendapat pelecehan seksual memilih untuk bungkam (mendiamkan diri). Alasan eksternal dari kebungkaman itu tentu sekali kerana sang anak mendapat ancaman dari sang pelaku. Namun di balik itu terdapat alasan dari diri sang anak juga. Sang anak takut kalau ia tidak disayangi lagi setelah orang-orang tahu ia mendapat pelecehan seksual.

Mungkin alasan tersebut kita dengar seperti kelakar kan. Tetapi sebenarnya pemikiran seorang anak jauh berbeza dengan pemikiran orang dewasa. Walaupun belum memahami sepenuhnya tentang "sesuatu" yang telah terjadi pada dirinya, sebagai manusia, seorang anak mempunyai naluri dan mencium kelakuan yang tak elok yang telah diperbuat orang terhadap dirinya. Setelah mendapat perlakuan yang tidak senonoh (misalnya perkosaan), seorang anak merasa ada yang hilang dari dirinya atau ada sesuatu yang salah telah menimpanya.

Beban yang diderita seorang anak perempuan yang baru saja diperkosa bukan sebatas rasa sakit pada alat kelaminnya, tetapi juga rasa malu dan sakit hati yang harus dideritanya seumur hidup, terutama setelah dewasa, ketika ia kemudian mengetahui apa yang telah menimpa dirinya secara jelas. Ironisnya, sebagian besar pelaku pemerkosaan pada anak adalah keluarga sendiri atau orang yang sudah dikenali oleh sang anak. Orang yang selama ini disayangi oleh mereka (anak-anak tersebut) tiba-tiba berubah menjadi "monster" yang telah mengambil harga diri anak-anak tersebut.

Kejahatan terhadap anak-anak dapat terjadi kbila bila dan dimana sahaja. Asalkan ada kesempatan sang pelaku tidak segan-segan memuaskan nafsu berahinya terhadap anak-anak. Yang mengherankan, tidak hanya anak perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual. Survey yang dilakukan, dari seluruh kes (kekerasan) seksual pada anak, terdapat % anak lelakii yang menjadi korban kes pencabulan atau sodomi.
Kekerasan terhadap anak anak memang topik yang tidak ada kesudahan untuk dibicarakan, keranaibu bapa yang "normal" atau menganggap anak sebagai harta tak ternilai tidak akan sampai kepada pemikiran mengapa kejahatan seksual dilakukan pada anak-anak, masa di mana seorang manusia kerdil sedang membesar dengan mengharap perlindungan dan kasih sayang dari ibu bapa. Dalam hal ini mencari tahu sebab-sebab pelaku melakukan kejahatan seksual bukanlah hal yang penting. Yang lebih penting adalah menghindarkan anak dari pengetahuan seks yang tidak sihat.

Seperti yang diungkapkan oleh Gede Prama, anak-anak adalah gerbang kehidupan yang membawa cinta kasih. Apa yang anda lakukan bersama anak-anak akan dikenang terus oleh mereka di kemudian hari.
(Myrna mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad.)